background

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Dwijendra Memiliki Doktor Baru

Denpasar| Pada hari Senin 25 Oktober 2021 pukul 10.00 wita dilaksanakan Ujian Promosi Doktor Program Studi Linguistik atas nama Ida Bagus Made Wisnu Parta, S.S., M.Hum secara hybrid di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana. Ada sembilan penguji pada ujian promosi doktor yang terdiri atas: Dr. Made Sri Satyawati, S.S., M.Hum (Ketua Sidang/Dekan FIB), Prof. Dr. Drs. I Nyoman Suarka, M.Hum. (Promotor/Penguji), Prof. Dr. I Wayan Cika, M.S. (Kopromotor I/Penguji), Prof. Dr. I Made Suastika, S.U. (Kopromotor II/Penguji), Dr. Drs. I Wayan Suardiana, M.Hum. (Penguji), Dr. Drs. I Ketut Sudewa, M.Hum. (Penguji), Dr. Drs. I Ketut Jirnaya, M.S. (Penguji), Dr. Dra. Luh Putu Puspawati, M.Hum. (Penguji), Dr. Dra. Ni Putu Parmini, M.Pd. (Penguji).

Foto promovendus mempertahankan disertasi

Promovendus merupakan mahasiswa angkatan 2017/2018 berkat kegigihan dalam menulis dan mempertahankan keilmuan disertasi mengantarkan beliau dengan predikat kelulusan Sangat Memuaskan. Dengan demikian, mulai hari ini Senin, 25 Oktober 2021 diberikan hak untuk memakai gelar doktor dengan hak dan kewajiban serta kehormatan yang menurut hukum melekat pada gelar tersebut. Dr. Ida Bagus Made Wisnu Parta, S.S., M.Hum merupakan doktor ke 151 di Fakultas Ilmu Budaya.

Dr. Ida Bagus Made Wisnu Parta, S.S., M.Hum merupakan salah satu dosen pada Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia dan Daerah dan menjadi doktor ketiga dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Dwijendra. Adapun judul disertasi yang dipertahankan pada ujian promosi doktor, yaitu Transformasi Teks Candra Bhairawa Parwa Ke Dalam Kakawin Candra Bhairawa Dan Geguritan Candra Bhairawa. Tujuan dari penelitian ini untuk melestarikan dan memperkaya khazanah budaya pada karya sastra tradisional Bali. Hal ini dimaksudkan agar nilai-nilai filsafat hidup, baik secara tersurat dan tersirat dalam karya sastra dapat digunakan sebagai pedoman hidup di masyarakat. Selain itu, untuk menyebarluaskan nilai-nilai adiluhung dalam membangun karakter masyarakat yang memiliki moral, mental, dan spiritual yang baik untuk kemajuan bangsa dan negara.

Temuan dalam disertasi ini adalah pertama, transformasi teks Candra Bhairawa bertujuan agar pesan atau amanat yang disisipkan pengarang dapat tersampaikan dan dipahami oleh semua orang, karena dapat dipakai sebagai pedoman hidup di masyarakat. Kedua, di dalam teks Candra Bhairawa terdapat dua konsep ajaran yaitu, ajaran karma sanyasa, seperti: menghaturkan sesajen, melaksanakan upacara panca yadnya, membangun tempat suci menciptakan hubungan seimbang antara Tuhan, manusia, dan alam semesta, yang disebut kebenaran makrokosmos. Ajaran yoga sanyasa, seperti: tapa, brata, yoga, semadi atau meditasi menciptakan hubungan harmonis antara manusia dan Tuhan, yang disebut kebenaran mikrokosmos. Ketiga, terdapat tiga ajaran kebenaran dalam teks Candra Bhairawa, yaitu Siwa, Budha, dan Bhairawa. Ajaran Siwa, Budha, dan Bhairawa mengalami penyatuan karena saling melengkapi dan luluh menjadi satu yang disebut sinkretisme Siwa Budha. Sinkretisme Siwa Budha disatukan dengan ajaran Bhairawa yang merupakan sakti/murthi dari setiap intisari ajarannya. Ketiga ajaran ini dimanivestasikan dalam wujud Siwa yang diibaratkan matahari, Budha diibaratkan Bulan, dan Bhairawa diibaratkan sinar. Dengan demikian, wacana Bhairawa yang selama ini ada di masyarakat bersifat stigma negatif, terbantahkan karena intisari ajaran Bhairawa bertujuan untuk mencapai moksa yang menjadi tujuan akhir menyatu dengan Tuhan.

Foto dari kiri penguji (Dr. Drs. I Ketut Sudewa, M.Hum), ditengah (promovendus), dan kanan ketua sidang/Dekan FIB (Dr. Made Sri Satyawati, S.S., M.Hum)

Capaian gelar doktor bukan hanya sekedar gelar akademik yang diperoleh. Namun, dibalik gelar doktor yang disandang ada tanggung jawab besar yang akan diemban. Tanggung jawab itu berupa pengabdian keilmuan kepada masyarakat dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang didapat ketika duduk dibangku kuliah guna mencerdaskan anak bangsa. Gelar doktor bukan merupakan akhir dari proses pembelajaran, seperti pepatah “belajarlah sepanjang hayat”. Artinya proses pembelajaran tidak hanya sampai pada jenjang akhir pendidikan S3, namun pembelajaran dapat dilakukan seumur hidup selama hayat masih dikandung badan tanpa mengenal batasan usia dan golongan. Gelar doktor merupakan awal untuk melangkah maju meraih masa depan yang lebih baik. [Astra]