background

Literasi Kritis di Kelas Virtual

Opini.Literasi Kritis di Kelas Virtual. Di tengah Persoalan Pendidikan yang masih butuh penyelesaian, datanglah wabah COVID-19. Wabah yang membuat proses pembelajaran berubah dari tatap langsung menjadi berjarak. Solusi pembelajaran dari pemerintah adalah belajar dari rumah dan harus memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa, Belajar dari rumah memfokuskan kecakapan hidup, memberikan variasi aktivitas dan tugas pembelajaran belajar antara siswa, sesuai minat dan kondisi masing-masing, termasuk mempertimbangakan kesenjangan akses/fasilitas belajar dari rumah. Memberikan umpan balik terhadap aktivitas belajar yang bersifat kualitatif. Pembelajaran jarak jauh dalam praktiknya dapat membuat proses pembelajaran  menjadi sangat menyebalkan karena siswa dijejali oleh tugas. Disatu sisi, pembelajaran jarak jauh menjadi peluang bagi guru untuk mengembangkan proses pembelajaran bermakna untuk perseta didik  salah satu menghadirkan pembelajaran bermakna dilakukan denan menghadirkan proses pembelajaran  yang menjadikan peserta dididk  sebagai subjek pembelajran dengan mengembangkan proses pembelajaran berbasis  literasi krisis dengan model  Pendidikan hadap masalah.

Model Pendidikan hadap masalah ini adalah guru menjadi rekan murid yang melibatkan diri dan merangsang daya pikiran kritis murid. Kedua belah pihak  bersma-sama mengembangkan  kemampuan untuk mengerti  secara kritis dirinya sendiri dan dunia tempat mereka berada (Danuwinata,2008). Pembelajaran akan lebih berarti kalau apa yang mereka pelajari memiliki keterkaitan yang erat dengan permaslahan mereka sehari-hari. Dengan demikian topik, masalah dan pertanyaan yang akan mereka ajukan dapat menjadi bahan pelajaran.

Berdasarkan persefektif literasi krisis, dunia dipandang sebagai teks yang dibangun secara sosial yang dapat dibaca. Siswa diperkenalkan sejak dini agar mereka lebih cepat memahami bagamana menjdi pengamat Bahasa, gambar, gerak tubuh, spasi dan objek, mengeksplorasi isu-isu yang dianggap sebagai Bahasa. Literasi kritis ini bukan pada wilayah baca dan tulis semata. Namun lebih dari itu kita dituntut untuk bertindak kritis, bersikap kritis, serta kesadaran kritis yang didukung oleh informasi yang tersedia di banyak media.Literasi kritis diharapkan akan mengubah keadaan menjadi lebih baik. Murid dikemudian hari dapat berkontribusi untuk mengubah system yang tidak adil dan praktek sosial bemasalah. Murid yang terlibat dalam literasi kritis untuk mempersiapkan tiga hal: Pertama untuk mengetahui bagaimana cara mengawasi kekuasaan; Kedua untuk terlibat dalam praktik kewarganegaraan yang demokratis ; Ketiga untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan bertindak secara etis. Literasi digital merupakan Langkah awal yang bisa dilakukan untuk mewujudkan pembelajaran dengan pedagogi kritis.

Kelas literasi krisis yang dapat dilakukan untuk semua tingkatan dan semua atau gabungan beberapa mata pelajaran akan membatu kita untuk membangun budaya dialog diruang kelas. Merancanag kelas literasi kritis tidaklah sulit dilakukan bila para guru berani keluar dari kotak-kotak sempit mata pelajaran dan mengaitkan materi pembelajaran isu-isu besar seperti demokrasi, keadilan, keberagaman, serta nilai-nilai kejujuran dan antikorupsi.

Opini oleh Dewa Ayu Made Manu Okta Priantini. S.Pd., M.Pd,

Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Dwijendra University